Sabtu, 28 November 2020

Jenis Rusa Endemik Indonesia yang Terancam Punah

Rusa atau Menjangan (Bahasa Inggris: deer) adalah hewan mamalia pemamah biak (ruminan) yang termasuk familia Cervidae. Salah satu ciri khas Rusa adalah adanya antler (Ranggah). 

Ranggah (antler) berbeda dengan Tanduk (horn), keduanya berbeda dalam hal komponen dan sifat pertumbuhan.

Ranggah adalah sebuah jaringan tulang yang tumbuh ke luar anggota tubuh, mengeras, meluruh, dan tumbuh kembali secara terus menerus.

Sedangkan, Tanduk berbahan dasar keratin dan akan terus menempel tanpa mengalami siklus.


Ada sekitar 34 spesies rusa di seluruh dunia yang terbagi menjadi dua kelompok besar: kelompok rusa dunia lama yang termasuk subfamilia Muntiacinae dan Cervinae; serta kelompok rusa dunia baru, Hydropotinae dan Odocoilinae.

Berikut Beberapa Jenis Rusa Yang Dapat Di Temukan Di Indonesia

1. Sambar Sambar

Rusa sambar merupakan species rusa terbesar di Indonesia.

                Rusa Sambar jantan

Rusa Sambar kadang kala dinamai Rusa Sumatera, Rusa Kalimantan atau Rusa Air serta dalam bahasa latin dikenal sebagai Cervus unicolor. Rusa Sambar menjadi rusa paling besar diantara 3 rusa asli Indonesia lainnya seperti Rusa Timor (Cervus timorensis), Rusa Bawean (Axis kuhlii), dan Kijang (Muntiacus muntjak).

                 Rusa Sambar betina

   Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Rusa sambar terdiri sedikitnya 13 subspesies. Subspecies rusa sambar yang asli berasal dari Indonesia adalah Cervus unicolor equines. Sub Species ini terdapat di daerah Sumatera dan Kalimantan. Selain itu, semenanjung Malaysia dan Thailand juga merupakan habitat alamiahnya.

2. Rusa Bawean

Rusa Bawean (Axis kuhlii) adalah sejenis rusa yang saat ini hanya ditemukan di Pulau Bawean di tengah Laut Jawa. Secara administratif pulau ini termasuk dalam Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

                Rusa Bawean jantan

Spesies ini tergolong langka dan diklasifikasikan sebagai“terancam punah” oleh IUCN. Populasinya diperkirakan hanya tersisa sekitar 300 ekor di alam bebas.

Rusa Bawean hidup dalam kelompok kecil yang biasanya terdiri atas rusa betina dengan anaknya atau jantan yang mengikuti betina untuk kawin. Mereka tergolong hewan nokturnal atau aktif mencari makan di malam hari.

Rusa bawean dewasa jantan mempunyai sepasang tanduk bercabang tiga, sedangkan rusa jantan muda ranggahnya belum bercabang. Pada anak rusa akan terlihat totol-totol yang lama kelamaan akan menghilang, seiring ia tumbuh dewasa.

              Keluarga Rusa Bawean

Rusa bawean dapat hidup dan berkembang biak dengan sempurna di Kawasan Suaka Margastwa yang merupakan habitatnya. Populasi rusa bawean akan berubah mengikuti perubahan atau dinamika lingkungannya. Bila daya dukungnya rendah, produktivitas rusa akan rendah dan akhirnya populasi rusa juga akan rendah atau menurun

3. Rusa Timor

Rusa timor merupakan salah satu rusa asli Indonesia selain rusa bawean, sambar, dan menjangan. Rusa timor yang mempunyai nama latin Cervus timorensis diperkirakan asli berasal dari Jawa dan Bali, kini ditetapkan menjadi fauna identitas provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

                      Rusa Timor

            Taman Satwa Lembah Hijau

Dalam bahasa Inggris, rusa timor mempunyai beberapa sebutan seperti Javan Rusa, Javan Deer, Rusa, Rusa Deer, dan Timor Deer.

4. Kijang

Kijang atau Muntiacus muntjak merupakan salah satu dari empat jenis rusa asli Indonesia. Khusus di Indonesia, kijang dapat ditemukan mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali hingga Lombok.

                       Kijang betina

Jenis rusa yang asli Indonesia ini, bersama anggota genus Muntiacus lainnya, dipercaya sebagai jenis rusa tertua. Kijang berasal dari Dunia Lama dan telah ada sejak 15 – 35 juta tahun yang silam.

Pada masa sekarang, muncak hanya dapat ditemui di Asia Selatan dan Asia Tenggara, mulai dari India, Srilangka, Indocina, hingga kepulauan Nusantara. Beberapa jenis diintroduksi di Inggris dan sekarang banyak dijumpai di sana.

                    Kijang jantan

Kijang tidak mengenal musim kawin dan dapat kawin kapan saja, namun perilaku musim kawin muncul bila kijang dibawa ke daerah beriklim sedang. Jantannya memiliki tanduk pendek yang dapat tumbuh bila patah.

Hewan ini sekarang menarik perhatian penelitian evolusi molekular karena memiliki variasi jumlah kromosom yang dramatis dan ditemukannya beberapa jenis baru (terutama di Indocina).

Tahukah kamu Perbedaan antara Rusa dengan Kijang?

Secara spesifik,berkenaan dengan ciri-ciri fisik ada beberapa hal yang bisa membedakan antara Rusa dengan Kijang,yaitu:

1. Ukuran Tubuh

Rusa lebih besar dibandingkan Kijang.

Rusa Indonesia yang paling besar adalah Rusa Sambar (Cervus unicolor). Kemudian diikuti oleh Rusa Timor (Cervus timorensis), Rusa Bawean (Axis kuhli) dan Kijang (Muntiacus muntjak) dengan ukuran tubuh terkecil.

2. Tanduk

Pada Rusa (baik rusa sambar, rusa timor, maupun rusa bawean) bercabang tiga, panjangnya melebihi panjang kepala mereka bahkan bisa mencapai 1 meter tingginya pada rusa sambar.


Sedangkan pada Kijang, tanduk hanya bercabang dua dan panjangnya hanya sekitar separo dari panjang kepalanya.


Tanduk ini hanya dimiliki oleh rusa dan kijang jantan.

3. Gigi

Gigi taring rusa tidak panjang, sedangkan pada kijang memiliki gigi taring yang panjang dan mengarah keluar.

     Atas: Gigi Kijang; Bawah: Gigi Rusa

Nah...itulah empat jenis Rusa endemik Indonesia yang sudah dilindungi dan terancam punah.

Mari bersama kita "Kenali, Cintai & Lestarikan" satwa asli Indonesia

Demi kita, anak cucu kita dan mereka!

Salam Konservasi

Salam Lestari!!!

Referensi:
  1. Agustinus Suyanto, dkk. 2002. Checklist of The Mammals of Indonesia. LIPI Press
  2. Gono Semiadi. 2004. Sifat Biologi Rusa Bawean (Axis kuhlii). LIPI Press.
  3. Gono Semiadi dan R. Taufiq Purna Nugraha. 2004. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. LIPI
  4. Christian Pitra et al. 2004. Evolution and phylogeny of old world deer. Molecular Phylogenetics and Evolution, 33: 880-895.
  5. Groves C.P. and P. Grubb. 1982. The species of muntjac (genus Muntiacus) in Borneo: unrecognised sympatry in tropical deer, Zoologische Mededelingen 56
  6. alamendah.org

  7. id.wikipedia.org

  8. dictio.id

  9. cnnindonesia.com

  10. hutan.fp.unila.ac.id

Rabu, 25 November 2020

Harimau Sumatera "Si Belang" yang langka

"Si Belang" Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan predator penting yang dapat menjaga keseimbangan mata rantai makanan (food chains) dalam hutan  pulau Sumatera, berkurangnya jumlah Harimau Sumatera berdampak populasi Babi Hutan tak terkendali dan dapat menjadi hama bagi masyarakat disekitar hutan.

         Gambar 1. Harimau Sumatera

Deskripsi Harimau Sumatera:
Harimau Sumatera mempunyai warna paling gelap diantara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Belang harimau sumatra lebih tipis dari pada subspesies harimau lain. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain,terutama harimau jantan. 

    Gambar 2. Corak Belang Harimau Sumatera

Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang. Harimau sumatera umumnya beraktifitas dimalam hari.

    Gambar 3.  Harimau yang sedang berenang

Harimau Sumatera bukan jenis satwa yang biasa tinggal berkelompok melainkan jenis satwa soliter, yaitu satwa yang sebagian besar waktunya hidup menyendiri, kecuali selama musim kawin atau memelihara anak.

Panjang Harimau Sumatera jantan dapat mencapai 2,2 – 2,8 meter, sedangkan betina 2,15 – 2,3 meter. Tinggi diukur dari kaki ke tengkuk rata-rata adalah 75 cm, tetapi ada juga yang mencapai antara 80 – 95 cm, dan berat 130 – 255 kg. Hewan ini mempunyai bulu sepanjang 8 – 11 mm, surai pada Harimau Sumatera jantan berukuran 11 – 13 cm. Bulu di dagu, pipi, dan belakang kepala lebih pendek. Panjang ekor sekitar 65 – 95 cm.

Gambar 4. Harimau Sumatera betina

(Direktorat Pelestarian Alam, 1986 ; Hafild dan Aniger, 1984 ; Kahar, 1997 ; Macdonald, 1986 ; Mountfort, 1973 ; Saleh dan Kambey, 2003 ; Sutedja dan Taufik, 1993 ; Suwelo dan Somantri, 1978 ; Treep, 1973).

Klasifikasi ilmiah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae):
Kerajaan: Animalia;

Filum: Chordata;

Kelas: Mammalia;

Ordo: Carnivora;

Famili:Felidae;

Genus: Panthera;

Spesies: Panthera tigris;

Upaspesies: Panthera tigris sumatrae.

Nama trinomial: Panthera tigris sumatrae (Pocock, 1929).

Makanan:
Harimau Sumatera termasuk jenis Carnivora yang biasanya memangsa : Rusa Sambar (Cervus unicolor), Kijang (Muntiacus muntjak), Kancil (Tragulus sp.), dan Babi hutan  (Sus sp.). Kerbau liar (Bubalus bubalis), Tapir (Tapirus indicus), Kera (Macaca ), Landak (Hystrix brachyura), Trenggiling (Manis javanica), jenis-jenis Reptilia seperti kura-kura, ular, dan biawak, serta berbagai jenis burung, ikan, dan kodok dan jenis-jenis satwa liar lainnya. Hewan peliharaan atau ternak yang juga terkadang menjadi mangsa Harimau, diantaranya adalah Kerbau, kambing, domba, sapi, Anjing dan ayam.

Gambar 3. Harimau Sumatera bermain air

Reproduksi:
Harimau sumatra dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun binatang ada yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri.

Gambar 5. Harimau Sumatera kawin

Habitat:

Tipe lokasi yang biasanya menjadi pilihan habitat Harimau Sumatera di Indonesia bervariasi, dengan ketinggian antara 0 – 3000 meter dari permukaan laut, seperti :
Hutan hujan tropis, hutan primer dan sekunder pada dataran rendah sampai dataran tinggi pegunungan, hutan savana, hutan terbuka, hutan pantai, dan hutan bekas tebangan.
Pantai berlumpur, mangrove, pantai berawa payau, dan pantai air tawar.
Padang rumput terutama padang alang-alang.
Daerah datar sepanjang aliran sungai, khususnya pada sungai yang mengalir melalui tanah yang ditutupi oleh hutan hujan tropis.
Juga sering terlihat di daerah perkebunan dan tanah pertanian.
Selain itu juga banyak harimau ditemui di areal hutan gambut.

        Gambar 5. Harimau Sumatera

Terdapat 9 subspesies harimau yang tiga diantaranya telah dinyatakan punah. Kesembilan subspisies harimau tersebut adalah:
1.Harimau Indochina (Panthera tigris corbetti) terdapat di Malaysia, Kamboja, China, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.
2.Harimau Bengal (Panthera tigris tigris) Bangladesh, Bhutan, China, India, dan Nepal.
3.Harimau Cina Selatan (Panthera tigris amoyensis) China.
4.Harimau Siberia (Panthera tigris altaica) dikenal juga sebagai Amur, Ussuri, Harimau Timur Laut China, atau harimau Manchuria. Terdapat di China, Korea Utara, dan Asia Tengah di Rusia.
5.Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) terdapat hanya di pulau Sumatera, Indonesia.
6.Harimau Malaya (Panthera tigris jacksoni) terdapat di semenanjung Malaysia.
7.Harimau Caspian (Panthera tigris virgata) telah punah sekitar tahun 1950an. Harimau Caspian ini terdapat di Afganistan, Iran, Mongolia, Turki, dan Rusia.
8.Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) telah punah sekitar tahun 1972. Harimau Jawa terdapat di pulau Jawa, Indonesia.
9.Harimau Bali (Panthera tigris balica) yang telah punah sekitar tahun 1937. Harimau Bali terdapat di pulau Bali, Indonesia.

PERINGATAN

Harimau Sumatera termasuk satwa liar yang dilindungi undang-undang, sebagaimana tertuang dalam Lampiran PP No. 7 Tahun 1999, dan ada kententuan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 bahwa:
Barangsiapa dengan Sengaja menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; (Pasal 21 ayat (2) huruf a), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));
Barang Siapa Dengan Sengaja menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati (Pasal 21 ayat (2) huruf b), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));
Dengan Sengaja memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; (Pasal 21 ayat (2) huruf d), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2)).

Ayo!!

Bersama kita "Kenali, Cintai dan Lestarikan" satwa langka Indonesia,agar tidak punah nanti. 🙏

Salam Konservasi, salam lestari 💪

***Gambar Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) Satwa Endemik Sumatera

Gajah Sumatera adalah salah satu satwa endemik Indonesia yang berasal dari pulau Sumatera, yang artinya satwa ini habitat aslinya hanya terdapat di pulau Sumatera, mulai dari provinsi Aceh sampai provinsi Lampung. Gajah Sumatera termasuk kedalam sub spesies Gajah Asia dengan nama ilmiahnya Elephas maximus sumatrensis.

Gambar 1. Gajah Sumatera Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Selain Gajah Sumatera, yang termasuk kedalam sub spesies Gajah Asia lainnya adalah Elephas maximus indicus dan Elephas maximus maximus.

Gajah Sumatera termasuk hewan sosial yang hidup secara berkelompok di hutan-hutan dataran rendah pulau Sumatera, yang mana setiap kelompok dipimpin oleh satu ekor Gajah betina yang dituakan. Pemimpin kelompok ini lah yang akan memimpin sekawanan Gajah untuk berjalan mencari sumber pakan dan air. Setiap kelompok gajah terdiri dari beberapa ekor Gajah betina dan anak-anaknya, jumlah setiap kelompok ini pun bervariasi, ada yang berjumlah 20-35 ekor dan ada juga yang hanya berjumlah 3 ekor saja.

Gajah jantan yang telah dewasa akan keluar dan menjauh dari kelompok tetapi tetap mengikuti dan memantau kawanan kelompok Gajah dari kejahan dan akan kembali masuk kedalam kelompok jika ada diantara Gajah betina yang sedng birahi atau telah siap untuk dikawinkan. Sedangkan Gajah tua akan memisahkan diri dari kelompok hingga pada akhirnya ia mati.

Pada Gajah Sumatera, terdapat beberapa ciri-ciri khusus yang dapat dilihat dari bentuk fisiknya, seperti:

1.Berat badan Gajah berkisar 3-4 ton, dengan tinggi antara 2-3 meter,
2.Pada bagian atas kepala Gajah Sumatera terdapat dua tonjolan, sedangkan pada gajah afrika lebih rata/ datar,
3.Telinga pada Gajah Sumatera lebih kecil dan berbentuk segitiga, sedangkan pada Gajah Afrika lebih besar dan berbentuk kotak,
4.Pada kaki bagian depan Gajah Sumatera terdapat 5 buah kuku dan 4 buah kuku pada kaki bagian belakang, sedangkan pada Gajah Afrika memiliki 4 buah kuku pada kaki bagian depan dan 3 buah kuku pada kaki bagian belakang,
5.Gading pada Gajah Sumatera hanya terdapat pada Gajah jantan dan pada Gajah betina lebih pendek (disebut Caling) atau cenderung tidak ada.
Sedangkan Gajah Afrika pada Gajah jantan dan betina, keduanya sama memiliki gading.
6.Warna kulit pada Gajah Sumatera lebih terang dan sering terdapat flek putih kemerahan atau disebut Depigmentasi.

Gambar 2. Gajah Sumatera Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Untuk mencari sumber pakan dan air, kawanan gajah akan terus bergerak dan berjalan sejauh 20 Km² setiap hari nya. Dalam sehari, gajah hanya  tidur selama 4 jam dan 16 jam lainnya digunakan gajah untuk bergerak menjelajah dan mencari makan dan air, sisa waktunya digunakan untuk bermain dan berkubang (bermain lumpur).

Gambar 3. Gajah Sumatera bermain lumpur -Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Gajah Sumatera membutuhkan makanan hingga 250 Kg (setara dengan 5-10% dari berat badannya). Makanan Gajah Sumatera adalah rerumputan, dedaunan, ranting, buah dan juga umbi-umbian. Sedangkan untuk minum, Gajah Sumatera membutuhkan 160 liter air setiap harinya.

Pada Gajah Sumatera jantan yang berumur 12-15 tahun akan mengalami periode “Musth”, yaitu masa dimana produksi hormon testoteron akan meningkat yang menandakan bahwa gajah jantan sudah siap kawin. Pada saat musth gajah jantan mengalami perubahan perilaku, lebih agresif, nafsu makan menurun dan suka mengendus-enduskan belalainya.

href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg62pGYJH8kYTkhjfuiRwTOjeu_0bdd3PD2wJ7TAwUPbipBIvNCDkUE4bx3DG8GN1z3zCk6jSOZWTKMgYJjuBZ1f8BglUG2sx1J3BM8K7Aah4-1qh_zAghDz_g4W2IJutV7xUefcuW-i00/s1600/1606317962177752-2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">

Selain itu, terjadi perubahan fisik seperti penis yang sering keluar, sering meneteskan urin dan pada dahi (diantara mata dan telinga) akan mengeluarkan cairan berminyak yang berbau khas dan menyengat.

Gambar 5. Gajah Sumatera jantan - Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Sedangkan pada Gajah betina akan siap kawin saat berumur 9-10 tahun. Usia kehamilan Gajah Sumatera adalah selama 20-22 bulan. Dalam satu kali kehamilan biasanya terdapat satu ekor bayi gajah. Bayi normal Gajah Sumatera yang baru lahir memiliki bobot tubuh sekitar 80-100 Kg dengan tinggi berkisar 75-100 cm. Bayi gajah diasuh induknya hingga berumur 18-24 bulan dengan jarak antar kehamilan sekitar 4-6 tahun.

Gambar 6. Gajah Sumatera (Jantan dan Betina) - Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Karena rusaknya habitat gajah akibat pembalakan liar, penyusutan dan fragmentasi habitat serta pembunuhan akibat konflik dan juga perburuan, mengakibatkan populasi gajah Sumatera semakin terancam dan jumlahnya yang semakin berkurang.

Status Konservasi Gajah Sumatera masuk kedalam daftar Satwa yang dilindungi oleh UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem dan diatur oleh PP. 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan satwa Liar.

Sedangkan Lembaga Konservasi Dunia IUCN, Gajah Sumatera berada dalam status Kritis (Critically Endangered) dalam daftar merah spesies terancam punah.

Demi tercapainya Pelestarian dan penyelamatan Gajah Sumatera dari kepunahan,

Gambar 7. Gajah Sumatera yang sedang kawin - Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Diperlukannya kerjasama dan sinergitas antara semua pihak baik itu Pemerintah, pihak swasta, Swadaya masyarakat dan juga masyarakat sekitar kawasan yang akan berhubungan langsung dengan satwa ini.

Mari kita jaga Kekayaan dan Kelestarian Sumber Daya Alam Indonesia yang beragam ini,
Agar tidak hilang dan punah nanti!

SALAM LESTARI!


**Photo Gambar: Gajah Sumatera - Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Mengenal OWA SIAMANG si hitam yang "Setia" di Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Pengembangbiakan (Breeding) Owa Siamang di Lembah Hijau Indonesia merupakan rumah bagi primata, karena dari 250 spesies primata yang ada di ...