Minggu, 29 Januari 2023

Mengenal OWA SIAMANG si hitam yang "Setia" di Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Pengembangbiakan (Breeding) Owa Siamang di Lembah Hijau

Indonesia merupakan rumah bagi primata, karena dari 250 spesies primata yang ada di dunia, Indonesia memiliki 59 spesies primata dan dari 600 subspesies sekitar 79 subspesies ada di Indonesia serta 60% dari 59 spesies di Indonesia ini merupakan primata Endemik, yang artinya hanya ditemukan di wilayah di Indonesia.

Gambar. 1. Siamang di kandang exhibit LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung

Owa Siamang yang bernama latin Symphalangus syndactylus adalah spesies primata yang dapat dijumpai di pulau Sumatera. Kera yang memiliki bulu berwarna hitam legam ini masuk kedalam keluarga "Gibbon" (owa).

Siamang merupakan jenis owa terbesar dari sekitar 18 jenis owa yang tersebar di seluruh dunia. Meskipun yang terbesar dari jenis owa, mereka tetap tidak sebanding dengan primata bertubuh besar lainnya seperti Gorila, Simpanse, maupun Orangutan.

Siamang terbagi menjadi 2 subspecies, yaitu Siamang Malaysia (Symphalangus syndactylus continentalis) dan Siamang Sumatera (Symphalangus syndactylus syndactylus).
Gambar. 2. Salah satu Siamang (Symphalangus syndactylus) di LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung

🟢 Habitat dan Sebaran
Siamang merupakan hewan arboreal, yaitu sebagian waktunya dihabiskan berada di pucuk pohon bagian tengah ke atas. Hewan ini tidak mempunyai kemampuan berenang sehingga cenderung mengindari air.

Siamang tersebar di habitat hutan tropis Asia Tenggara, Semenanjung Malaysia, Indonesia dan kawasan selatan Semenanjung Thailand. Umumnya hewan ini hidup di daerah dataran rendah, hutan pegunungan, hutan hujan dan area perbukitan.

Di Indonesia, sebaran utama primata berbulu hitam ini berada di wilayah Sumatera. Pegunungan Barisan bagian barat hingga tengah adalah habitat utamanya. Sedangkan di Malaysia, siamang hidup di kawasan selatan Sungai Perak.

Gambar. 3. Siamang saat diatas pohon di kandang exhibit LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung

🟢 Morfologi atau ciri-ciri Fisik
1. Bentuk Tubuh
Tubuh siamang mirip seperti kera pada umumnya, namun dengan ukuran lebih besar serta tidak memilki ekor. Wajahnya besar dengan hidung yang kecil, bermoncong pendek dan diatas bibirnya tumbuh kumis tipis.

Karakteristik siamang yang sangat khas adalah adanya kantung pada tenggorokan yang disebut "Kantung Gular". Kantung di tenggorokan yang berwarna merah muda atau abu-abu ini dapat membesar hingga seukuran jeruk bali atau bola dan berfungsi sebagai kotak suara untuk memperkaut vokalisasi suara agar lebih keras, sehingga dikenal sebagai owa paling berisik.

Gambar. 4. Kantung Gular yang sedang membesar

2. Ukuran Tubuh
Dibandingkan dengan jenis owa atau gibbon lain, siamang mempunyai ukuran dan berat yang lebih besar dua kali lipat. Berat badannya antara 10 sampai 12 kg untuk betina, serta jantan sekitar 12 sampai 16 kg. Panjang atau tinggi tubuhnya sekitar 71 hingga 90 cm.

Gambar. 5. Bentuk tubuh dari Siamang jantandi kandang exhibit LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung 

3. Tangan
Lengan siamang bentuknya ramping dan panjang. Panjang tangganya mencapai 2,3 hingga 2,6 kali panjang tubuhnya. Lengan panjang tersebut memudahkan dalam bergerak dari satu pohon ke pohon lain secara cepat.

Jumlah jarinya seperti jari manusia, yaitu 5 dengan 1 ibu jari berlawanan arah dan 4 jari lain tumbuh memanjang. Pada kedua jari di setiap tangannya menyatu, sehingga Siamang disebut sebagai syndactylus.

Selain untuk bergelantung di ranting pohon, tangannya juga digunakan untuk menangkap dan menggenggam seperti pada manusia.

Gambar. 6. Siamang sedang bergantung diatas pohon di kandang exhibit LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung

4. Kaki
Ukuran kaki owa siamang lebih pendek dibanding tangannya. Kakinya berguna untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara berjalan.

Fungsi kaki tersebut sesuai dengan nama ilmiahnya, yaitu Symphalangus yang berasal dari bahasa Yunani. “sum” dan “phalanx” berarti “bersama” dan “jari”.

Satwa ini memiliki sedikit selaput di antara jari kaki kedua dan ketiga. Ibu jari kakinya terpisah jauh dari jari kaki lainnya.

Gambar. 7. Siamang sedang berjalan diatas tanah

Karakteristik unik lainnya adalah lengannya menjadi penggerak ketika memanjat, berayun, ataupun melompat. Panjang lengannya mencapai dua setengah kali tubuhnya. Tetapi, di antara owa lainnya, siamang bergerak lebih lambat. Saat di tanah, mereka biasanya bergeral dengan kedua kakinya.

5. Warna
Mata siamang berwarna gelap. Hampir seluruh tubuhnya tertutupi oleh rambut lebat dan panjang, kecuali bagian jari, telapak kaki dan tangan, serta area wajah.
Rambut siamang dewasa berwarna hitam, kecuali pada area mulut dan dagu dengan warna rambut abu-abu. Sedangkan saat masih bayi atau kecil, seluruh warna bulu atau rambutnya adalah hitam.

Gambar. 8. Siamang dengan rambutnya yang khas

🟢 Reproduksi dan Pengembangbiakan
Spesies ini adalah primata Monogami, artinya hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya. Bahkan jika pasangannya telah mati, maka kera ini umumnya tidak akan mencari pasangan lain lagi.

Satwa ini mencapai kedewasaan pada usia 6 atau 7 tahun dengan kemampuan reproduksi secara matang biasanya dicapai pada usia 6 sampai 9 tahun. Siamang tidak mengenal musim kawin, artinya dapat kawin kapan saja. Umumnya Siamang hanya menghasilkan 1 atau 2 keturunan dalam kurun waktu 3 tahun, sehingga secara keseluruhan dalam hidupnya, Siamang betina dapat melahirkan hingga 10 anak dimana usia hidup satwa ini bisa lebih dari 40 tahun di penangkaran sedangkan di alam berkisar 25 - 30 tahun.

Gambar. 9. Induk Siamang sedang menggendong bayinyadi kandang exhibit LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung

Masa kehamilan betina adalah 230 hingga 235 hari atau selama 7 bulan. Siamang yang baru lahir warnya abu-abu, merah muda dan berambut pendek. Berat bayi tersebut sekitar 400 hingga 600 gram.

Gambar. 10. Induk Siamang sedang menggendong bayinya di kandang exhibit LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung

Setelah lahir, bayi akan terus bersama induknya dengan cara digendong saat pergi kemanapun.
Menginjak usia 1 tahun, maka tugas merawat bayi dilakukan oleh siamang jantan meskipun masih disusui oleh betina hingga umur 2 tahun. Selain diasuh oleh induk jantan, bayi tersebut juga akan diasuh oleh kelompok lain. Dalam komunitasnya, jantan juga bertugas untuk mempertahankan wilayah, merawat anggotanya, serta membela dari serangan musuh.

Gambar. 11. Siamang betina berayun dengan menggendong bayinya di kandang exhibit LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung

Jika bayi siamang mempunyai saudara yang lebih tua, maka juga akan dibantu merawat oleh saudara tuanya tersebut. Selama masa ini, bayi akan diajarkan cara interaksi sosial, mencari makan dan cara bergerak di cabang pepohonan. Bayi siamang akan tetap tinggal dengan keluarga hingga usia 7-8 tahun.

🟢 Jenis Makanan
Makanan siamang terdiri dari berbagai macam jenis. 49% buah, 38% daun, 3% bunga, dan 10% serangga. 37% dari keseluruhan pakan siamang adalah buah ara. Selain itu, daun muda juga kesukaannya. Selama sebagian besar waktu makannya, satwa ini menahan diri dengan satu tangan.

Gambar. 12. Siamang sedang makan di kandang exhibit LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung

🟢 Sifat Teritorial
Siamang merupakan satwa ini "diurnal" (aktif di siang hari) memiliki wilayah yang relatif kecil, sekitar 0,24 kilometer persegi, dan mempertahankan wilayah mereka dengan nyanyian setiap hari. Wilayah jelajahnya sekitar 15 hingga 35 hektar. Kebiasaan Tidur dan beristirahat dengan menyangga atau menggantungkan diri di pepohonan pada ketinggian antara 305 sampai 1220 meter.

Gambar. 13. Sepasang Siamang yang santai diatas pohon di kandang exhibit LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung

🟢 Hobi Teriak (Kerihan)
Ketika berteriak, kantong fleksibel (Kantong Gular) yang terdapat di tenggorokannya dapat mengembang hingga sebesar jeruk bali. Kantong ini yang dapat menambah volume teriakannya, sehingga dapat terdengar hingga sejauh 4,8 kilometer di dalam hutan.

Gambar. 14. Siamang dan kantong Gularnya yang sedang membesar

Siamang biasanya mengerih di pagi hari. Kerihan ini untuk mendefinisikan atau mempertahankan wilayah dari para tetangganya. Selain itu, gericauan siamang juga merupakan tanggapannya atas gangguan. Komunikasi Ricauan siamang juga merupakan bentuk komunikasi satwa ini.

Selain gericauan solo, komunikasi vokal siamang tidak jarang melibatkan duet, terutama ketika mereka ingin kawin. Selain komunikasi vokal, hewan ini menggunakan komunikasi taktil. Komunikasi taktil terlihat pada agresi fisik. Semua primata menggunakan sinyal visual, seperti ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak tubuh dalam berkomunikasi. Saat bersuara, mamalia ini dapat menghasilkan jenis nada yang berbeda menggunakan kantung tenggorokannya.

Gambar. 15. Siamang sedang bergerak sambil berteriak

Vokal yang dalam yang keluar dengan mulut tertutup, dan juga suara yang nyaring ketika mulut terbuka. Suara dengan mulut tertutup jarak dengarnya lebih jauh daripada suara dengan mulut terbuka atau yang terdengar seperti teriakan 'wow'. Vokalisasi ini seperti gonggongan yang memiliki pola. Awalnya perlahan dan kemudian bertambah cepat. Panggilan ini sering bersamaan dengan perilaku akrobatiknya.

Gambar. 16. Gerakan akrobatik dan lincah siamang saat berayun diatas pohon di kandang exhibit LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung

🟢 Perilaku
Untuk berkomunikasi dan meningkatkan ikatan sosial pada kelompoknya, siamang menggunakan ekspresi wajah dan perilaku. Primata ini akan bersosialsasi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 3 ekor. Contoh interaksi sosial adalah saling melakukan perawatan diri dengan merawat dan membersihkan rambut "Grooming" dengan jari secara bergantian.

Siamang dewasa biasanya butuh waktu rata-rata 15 menit per hari. Berdandan adalah bentuk dari dominasi.  Semakin dominan dirinya, maka satwa ini lebih banyak mendapatkan perawatan daripada merawat dari anggota kelompoknya.

Gambar. 17. Sepasang Siamang yang sedang santai di kandang exhibit LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung

🟢 Tatanan Sosial
Siamang terkenal memiliki lebih banyak koordinasi dan kontak selama aktivitasnya sehari-hari. Keluarga biasanya mencari makan bersama-sama. Primata ini bangun saat matahari terbit dan melakukan 'konser pagi' dengan kantung tenggorokannya sebelum berangkat mencari makan. Biasanya mereka butuh waktu sekitar 5 jam untuk makan sampai kenyang.

Gambar. 18. Siamang sedang makandi kandang exhibit LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung 

Setelah delapan sampai sepuluh jam beraktivitas, mereka mengidentifikasi tempat untuk istirahat dan tidur.

🟢 Karakteristik
Siamang jantan dan betina akan memberikan tanda dan mempertahankan wilayahnya dengan mengeluarkan suara. Suara tersebut akan menggema di rimbunnya hutan sehingga dapat didengar dari kejauhan. Selain sebagai cara untuk mempertahankan wilayahnya, suara tersebut juga berguna untuk menjaga ikatan pasangan kawin.

Siamang sangat suka beristirahat atau tidur sehingga nampak seperti hewan pemalas. Primata ini banyak menghabiskan waktunya berbaring di cabang pohon dan akan bergerak saat mencari makan, serta melakukan kegiatan sosial. Hal tersebut biasanya dilakukan secara berkelompok dan aktif pada siang hari.

Gambar. 19. Siamang yang duduk santai diatas pohon di kandang exhibit LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung

🟢 Status Konservasi
International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List mengklasifikasikan siamang dalam status endagered, rawan punah. Satwa ini terdaftar pada Appendix I CITES (CITES 2011).

Gambar. 20. Siamang yang duduk santai diatas pohon di kandang exhibit LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, Siamang merupakan hewan yang masuk daftar dilindungi.

Nah maka dari itu mari kita dukung dengan tidak menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi.

✅️ Pengembangbiakan Owa Siamang di Lembaga Konservasi Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung

Satu bayi Owa Siamang lahir sehat dan selamat dari induk bernama momi dan pejantan bernama boy yang merupakan satwa titipan dari Balai KSDA Bengkulu melalui Seksi Konservasi Wilayah III Lampung.

Kelahiran bayi Owa Siamang ini terpantau sejak pertama kali terlihat saat momi menggendong anaknya pada tanggal 18 Februari 2022 sekitar pukul 07.27 WIB di Kandang exhibit Taman Satwa Lembah Hijau.
Gambar. Siamang betina "momi" sedang menggendong bayinya saat berusia beberapa hari di kandang exhibit LK Taman Satwa Lembah Hijau - Lampung

Dimana sebelumnya telah diketahui bahwa Siamang betina momi sedang dalam masa kehamilannya.

Satwa Titipan
Indukan "Boy" adalah Siamang jantan yang dititipkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Bengkulu di Taman Satwa Lembah Hijau Lampung pada  tahun 2016 lalu.
Sedangkan, "Momi" Siamang betina adalah satwa hasil penyerahan masyarakat kepada Seksi Konservasi Wilayah III Lampung Balai KSDA Bengkulu yang kemudian dititipkan di Taman Satwa Lembah Hijau sejak 2017.

3 Tahun Perkenalan
Sejak dititipkan, kedua individu siamang (boy dan momi) menempati dua kandang berbeda, yang dipisahkan oleh parit berisi air. Karena di Taman Satwa Lembah Hijau, kandang exhibit siamang berbentuk pulau yang dilengkapi dengan berbagai pegetasi pepohonan.

Dengan melihat perkembangan selama tiga tahun masa perkenalan, dimana sebelumnya kedua individu yang hanya bisa melihat, menatap dan saling bersahut-sahutan dari kejauhan.

Untuk proses selanjutnya, maka pada tahun 2020 keduanya dicoba digabungkan dalam satu kandang untuk proses selanjutnya, yaitu proses penjodohan dalam satu kandang.

Karena siamang bersifat teritori, maka
diputuskan siamang betina lah yang berpindah
kandang menempati kandang bersama boy.

Penjodohan
Dalam awal penggabungan ini diperlukan adanya observasi terhadap respon keduanya untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti perkelahian.

Untuk bobi dan momi, respon yang ditunjukkan sangatlah positif, terlihat tidak ada respon penolakan dari kedua individu siamang. Bahkan keduanya tampak akur dan menunjukkan respon ketertarikan antara satu dengan lainnya.

Selang beberapa hari penggabungan, terpantau
keduanya telah kawin dan ini dilakukan tidak hanya sekali, melainkan sampai tiga kali dalam sehari.

Perkembangan & Pertumbuhan
Dalam perkembangannya, bayi Siamang yang berjenis kelamin jantan pada bulan februari besok akan berusia genap 1 tahun.

Untuk perkembangannya dan pertumbuhannya, bayi lucu yang diberi nama "ardi" ini terlihat sangat baik dan sehat, terlihat kini ia sudah bisa beraktivitas mengikuti induknya, sesekali ia akan memanjat dan bergelantungan sendiri, namun tetap dalam pantauan kedua indukannya.

Kedua indukannya, baik jantan dan betina akan saling bergantian berkerjasama melindungi, merawat serta mengajarkan anaknya agar kelak dapat hidup mandiri.

Selamat Ulang Tahun Baby Siamang "Ardi"
Selamat Hari Primata Indonesia Tahun 2023

Salam Lestari

Sumber:
1. https://rimbakita.com/siamang/
2. 

Kamis, 26 Januari 2023

Owa Siamang "si hitam" yang setia

Owa Siamang (Hylobates syndactylus) termasuk jenis kera yang tidak berekor seperti gorila, simpanse, maupun orangutan.

Owa Siamang dikenal sebagai salah satu primata dengan kemampuan memanjat terbaik, berkat kedua tangan super panjang, tubuh ramping dan tulang ringan yang memudahkan mereka untuk berayun.
Gambar 1. Owa Siamang yang sedang berayun

Owa Siamang memiliki kantung tenggorokan berwarna keabu-abuan hingga merah muda yang dapat mengembang hingga seukuran jeruk bali  dan menghasilkan suara nyaring yang dikeluarkan oleh siamang, kantung ini disebut Kantung Gular

Gambar 2. Kantung Gular pada Owa Siamang 

dan memiliki lengan panjang dan Siamang juga biasa di sebut Owa Sumatra. Siamang merupakan jenis owa terbesar dari sekitar 18 jenis owa di seluruh dunia. Meskipun yang terbesar dari jenis owa, mereka tetap tidak sebanding dengan primata bertubuh besar lainnya seperti gorila, simpanse, maupun orangutan.

Wilayah persebaranya di Semenanjung Malaya, tepatnya di Pulau Sumatra sepanjang pegunungan Bukit Barisan. Habitat asli
Siamang ada di hutan primer dataran rendah sampai ketinggian 1.300 mdpl (Hardjosentono, 1978).

Rabu, 09 Maret 2022

Perawat Satwa, Profesi yang tidak ada "Sekolah"nya

Perawat Satwa/ Zookeeper/ Mahout

Kamu pernah berlibur ke Kebun Binatang, Taman Safari atau Taman Satwa yang didaerah kamu. Ya, itu adalah salah satu bentuk dari Lembaga Konservasi untuk kepentingan umum yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.31/Menhut-II/2012 tanggal 24 Juli 2012 tentang Lembaga Konservasi.
Gambar 1. Lembaga Konservasi Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Lembaga Konservasi itu sendiri adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan dan/atau satwa liar di luar habitatnya (ex-situ), baik berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah yang ijinnya dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI dengan masa berlaku selama 30 tahun.

Sedangkan fungsi utama dari Lembaga Konservasi itu sendiri sebagai pengembangbiakan terkontrol dan/atau penyelamatan tumbuhan dan satwa dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya Serta berfungsi sebagai tempat pendidikan, peragaan, penitipan sementara, sumber indukan dan cadangan genetik untuk mendukung populasi in-situ, sarana rekreasi yang sehat serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Nah, saat kamu ke Kebun Binatang, Taman Safari atau Taman Satwa tadi, pernah dong kamu melihat seseorang yang merawat satwa. Ya, itulah sebuah Profesi "Perawat Satwa" atau disebut Zookeeper".
Sedangkan untuk perawat satwa khusus pada gajah, secara internasional dipakai istilah "Mahout".
Gambar 2. Mahout (Perawat Satwa khusus Gajah) - Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Biasanya setiap perawat satwa, memiliki tugas terhadap satu - dua jenia satwa yang sehari-hari menjadi tanggung jawabnya.
Pemberlakuan pembagian ini disetiap tempat berbeda-beda, tergantung kebijaksanaan manajemen perusahaan.

Yuk mengenal apa dan bagaimana tugas Perawat Satwa itu tadi!
Kuy...

Deskripsi
Perawat satwa merupakan seseorang yang bertugas di kebun binatang atau sejenisnya yang bertugas untuk memonitor kesehatan hewan.
Para perawat satwa sehari-hari memberikan perawatan pada satwa, mulai dari memandikan, memberi pakan, melakukan asuhan kesehatan ketika ada yang sakit, menjaga kondisi fisik dan psikologis satwa supaya nggak stres, sampai membersihkan kandang.
Gambar 3. Mahout (Perawat Satwa khusus Gajah) sedang memandikan gajah - Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Dalam melakukan perawatan, pemeliharaan, pengawasan dan kesehatan satwa, para perawat satwa harus biasa mengetahui berbagai jenis penyakit pada satwa dan gejalanya serta manajemen pakan (nutrisi dan gizi) sampai cara pemberian pakan itu sendiri. Karena setiap jenis satwa memiliki cara yang berbeda-beda.

Dimana keberhasilan pemeliharaan dan perawatan satwa berada ditangan mereka, ibaratnya mereka adalah ujung tombaknya.

"Kewajiban Keeper yaitu mencintai satwanya".

Pekerjaan ini memerlukan teknik dan pengetahuan yang luas mengenai perawatan, pakan dan gizi serta pemeriksaan, pengasuhan, dan grooming.

Seorang perawat satwa tidak hanya memberi makan dan membersihkan kandang saja, tetapi harus mencintai satwanya, bagaimana mereka bisa mencintai satwa kalau tidak mengerti dan memperhatikan perilaku satwa dan bertanggungjawab terhadap satwa.

Gambar 4Mahout (Perawat Satwa khusu Gajah) memberi Suplement - Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Menjadi perawat hewan bukan tanpa risiko lho. Karena satwa nggak bisa berbicara dengan manusia sementara agresivitas dan liarnya tidak mudah juga untuk tebak, maka perawat sarwa perlu memahami perilaku satwa peliharaannya. Seperti yang terjadi saat musim kawin, karena pada umumnya satwa berada pada puncak agresivitasnya, tak jarang terjadi beberapa serangan tak terduga yag dilakukan satwa pada perawatnya.

Bekerja sebagai perawat satwa, tidak hanya menggunakan tenaga saja tetapi lebih ke hati dan pikiran. Kenapa hati, karena yang dipelihara adalah mahkluk hidup, jadi apaun yang dilakukan harus ikhlas. Dan kenapa juga menggunakan pikiran, karena tanpa ide-ide cemerlang perawatan satwa akan susah atau bahkan tidak mengalami kemajuan. Seperti menyediakan pengayaan (Enrichment) yang cocok pada kandang yang menjadi tempat tingal satwa serta pemeliharaan (Husbandry) yang baik, seperti perkawinan dan pembiakan hanya boleh dilakukan apabila fasilitas mendukung dan mencukupi, juga adanya pengawasan dan perawatan untuk mencegah kecelakaan ataupun kematian induk atau anaknya.

Gambar 5. Enrichment Beruang Madu dikandang exhibit - Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Kandang (Enclosure) harus dibuat senyaman mungkin, dan dibuat semirip mungkin seperti habitatnya. Kalau yang mencari makan dengan mengais tanah, maka makanannya harus diberikan dan diletakkan di tanah, agar perilaku mereka tidak berubah. Kalau tidak diberi tantangan seperti di alam nyata, maka satwa itu akan berubah perilakunya, mereka makan tidak seperti di alam liar lagi, karena sudah tersedia.

Gambar 6. Kandang Harimau yang tersedia kolam air karena Harimau suka berenang sesuai sifat alaminya - Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Kalau Harimau Sumatera suka  berenang, maka disediakan kolam air untuk harimau berenang. Juga untuk primata, jangan meletakkan makanan di bawah, taruh diatas pohon supaya perilaku mereka memanjat tetap dapat dilakukan.

Gambar 7. Owa Siamang yang asik bergelantungan diatas pohon didalam kandang exhibit - Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Dalam beberapa waktu, perawat satwa harus mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kinerjanya dalam pengenalan satwa, perawatan dan pemeliharaan serta memberi pakan dan melakukan monitoring satwa di kandang.

Untuk mengantisipasi penularan infeksi penyakit satwa ke manusia atau sebaliknya (Zoonosis), perawat satwa biasanya mendapatkan vaksin rutin untuk menambah kekebalan tubuh perawat satwa yang setiap harinya berhubungan langsung dengan satwa, seperti vaksin Rabies, TBC atau Hepatitis.

Gambar 8. Penanganan satwa sakit dilakukan oleh Tim Medis dibantu oleh Mahout - Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Jadi dalam merawat satwa, perawat satwa harus berpedoman terhadap Kesejahteraan Satwa (Animal Welfare) itu sendiri, yaitu:

1. Bebas dari rasa lapar dan haus, 

2. Bebas dari rasa tidak nyaman,

3. Bebas dari rasa sakit dan penyakit,

4. Bebas berperilaku liar dan alami, dan

5. Bebas dari rasa takut dan stress.

Gambar 9. Kandang burung Pelikan yang layak dan sesuai, agar dapat berperilaku alami - Taman Satwa Lembah Hijau Lampung.

Seorang perawat satwa juga harus memiliki Pengetahuan dan Keahlian, seperti:
1.Kemampuan observasi
2.Kemampuan berpikir kritis
3.Kemampuan melakukan analisis
4.Kemampuan problem solving
5.Pengetahuan kesehatan hewan
6.Pengetahuan nutrisi hewan
7.Pemahaman biologi

Nah...begitulah Profesi Perawat Satwa/ Keeper/ Mahout di Lembaga Konservasi.

Mahatma Gandhi pernah berkata, "The greatness of a nation can be judged by the way its animals are treated".
"Kebesaran suatu bangsa dapat dinilai dari cara hewan-hewannya diperlakukan. Kebesaran suatu bangsa dapat dinilai dari cara hewan-hewannya diperlakukan'.

Sekian & terimakasih 🙏🙏🙏

Sumber:
https://campus.quipper.com/careers/perawat-hewan

Rabu, 24 Februari 2021

Kenali, 17 Jenis Elang di Indonesia

Dari sekian banyak jenis burung Elang yang tersebar di dunia, setidaknya Indonesia memiliki 17 jenis Elang yang tersebar di seluruh nusantara.

Burung ini merupakan satwa karnivora yang mampu terbang tinggi dan menerkam mangsanya dengan cepat.

➡️ Deskripsi Burung Elang
Elang atau dalam istilah bahasa Inggris disebut Eagle adalah burung pemangsa berukuran besar dari suku Accipitridae, terutama genus Aquila. Sedangkan burung pemangsa lain yang berukuran lebih kecil disebut dengan Elang-alap atau Hawk dari genus Accipiter.

Elang merupakan satwa berdarah panas dengan rentang sayap lebar dan tubuh ditutupi oleh bulu pelepah. Burung ini berkembangbiak dengan cara bertelur.

Ciri telur elang bercangkang keras dan ditempatkan di sarang yang sulit dijangkau, misalnya di lereng gunung atau pohon yang sangat tinggi.

Burung elang adalah hewan karnivora. Mangsa utamanya adalah mamalia kecil, seperti tikus, tupai dan kelinci, serta kadal, ikan, ayam dan burung kecil lain. Bahkan elang juga memangsa serangga tergantung ukuran tubuhnya. Elang yang hidup di wilayah perairan umumnya memakan ikan sebagai menu utama.

Meski tidak memiliki gigi, elang mampu mengoyak dan mencabik daging mangsa dengan paruh serta cakarnya yang tajam. Burung ini juga memiliki indera penglihatan yang sangat tajam dan berguna untuk menentukan sasaran dari ketinggian di udara.

Sistem pernapasan elang sangat baik, burung ini mampu membawa oksigen banyak untuk terbang. Struktur jantung elang juga mirip seperti manusia yang terdiri dari empat bilik, yaitu atrium pada bagian atas dan ventrikel di bagian bawah.

Yuk, kenali jenis Elang apa saja yang ada di Indonesia.Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai elang asli nusantara, antara lain:

1. Elang Hitam
Elang hitam atau Ictinaetus malayensis adalah burung berukuran sedang atau sektiar 70 cm. Akan tetapi saat terbang burung ini terlihat besar dengan rentang sayap lebar. Elang hitam merupakan jenis elang dengan daya survival tinggi dan tersebar di wilayah ketinggian 300 sampai 2.000 mdpl.

Gambar. Elang Hitam (Sumber: Google)

Ciri khas elang hitam adalah sayapnya yang menjari, lebar dan kokoh. Bulu tubuhnya hitam pekat kecuali pada ekornya yang agak kecokelatan dan tumbuh panjang. Bagian dada terdapat corak garis seperti elang brontok serta kaki berwarna kuning. Ciri lain dari elang hitam adalah ukuran jari kelingking pendek dan tidak proporsional.

Burung ini aktif pagi hingga siang hari. Pola terbang yang dilakukannya adalah soaring atau gliding dan sesekali mengeluarkan suara seperti elang ular bido. Saat mencari mangsa, elang hitam akan terbang rendah di atas tajuk pohon untuk membidik tikus, kadal, tupai, ayam dan hewan kecil lainnya.

Elang hitam adalah puncak rantai makanan dalam ekosistemnya. Meski populasinya cenderung cukup banyak, namun penyebarannya terbatas pada kawasan hutan. Elang hitam merupakan satwa yang dilindungi oleh undang-undang dan berstatus beresiko rendah (least concern) menghadapi kepunahan.

2. Elang Brontok
Elang brontok atau Spizaetus cirrhatus adalah burung berukuran sedang sekitar 60 cm dan secara morfologi mirip seperti elang jawa. Keunikan elang ini adalah dua fase yang dialaminya, yaitu fase gelam dan fase terang. Selain itu, elang brontok juga tebagi menjadi beberapa ras dan variasi bentuk, seperti elang brontok berjambul atau tanpa jambul.

Gambar. Elang Brontok (Sumber: Google)

Bentuk sayap elang brontok agak membulat dan menekuk sedikit ke atas seperti elang jawa. Akan tetapi, perbedaannya terletak pada ukuran ekor yang lebih pendek, dua titik terang pada sayap serta garis vertikal di bagian dada saat fase terang.

Fase terang elang brontok ditandai dengan bagian bawah tubuh bercorak vertikal mirip elang hitam muda dan elang jawa, serta tubuh bagian atas berwarna cokelat. Fase peralihan ditandai dengan warna bulu keabu-abuan pada bagian bawah dan bagian atas tetap berwarna cokelat. Sedangkan fase peralihan bulu elang brontok akan berubah menjadi hitam pekat seperti elang hitam dewasa, namun tanpa warna kuning pada paruhnya.

Elang brontok sangat jarang mengeluarkan suara. Burung ini termasuk pendiam saat terbang. Mangsa utamanya adalah tikus, tupai, kadal, bajing dan hewan darat berukuran kecil lainnya.

Populasi elang brontok dilindungi oleh undang-undang. Sedangkan menurut IUCN, statusnya berada dalam kondisi resiko rendah atau least concern. Sebaran elang brontok meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

3. Elang Jawa
Elang jawa atau Nisaetus bartelsi adalah burung berukuran sedang dan populasinya sangat langka. Elang endemik Jawa ini identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Burung Garuda. Elang jawa hidup di kawasan hutan primer dan sekunder pada ketinggian 300 mdpl.

Gambar. Elang Jawa (Sumber: Google)

Bentuk sayapnya membulat dan menekuk sedikit ke atas saat melakukan soaring. Ukuran kepalanya tidak terlalu kecil dan cukup proporsional. Ekor elang jawa ukurannya lebih panjang dibanding elang brontok.

Pada bagian kepala terdapat jambul khas dan menjadi ciri utamanya. Tubuhnya didominasi warna cokelat merah dengan dada berwarna putih dan terdapat coretan melintang pada burung dewasa dan berwarna cokelat polos saat elang jawa masih muda.

Kebiasaan terbang elang jawa ialah melakukan soaring atau gliding diatas pepohonan saat berburu. Burung ini cukup pendian dan jarang bersuara, serta nampak anggun saat terbang. Mangsa utamanya adalah kadal, tikus, tupai, kelinci, ayam hutan dan sebagainya.

Burung yang menjadi maskot satwa langka Indonesia sejak 1992 ini berstatus terancam punah atau endangered oleh IUCN. Selain itu, keberadaan elang jawa juga dilindungi oleh undang-undang.

4. Elang Ular Bido
Elang ular bido atau Spilornis cheela adalah burung berukuran sedang antara 50 cm sampai 60 cm. Kebiasaan elang jenis ini ialah mengeluarkan suara berisik. Elang ular bido sangat adaptif sehingga dapat dijumpai di berbagai habitat, mulai dari hutan primer dan sekunder, perkebunan, hutan pantai, sabana hingga daerah dekat dengan pemukiman.

Gambar. Elang Bido (Sumber: Google)

Sayap elang ular bido membusur membentuk huruf C, agak membulat dan memiliki haris tebal berwarna putih bagian tepi sayap. Ekornya berukuran pendek dan sesekali mengipas. Area matanya tidak ditumbuhi bulu. Sedangkan bagian tubuhnya didominasi bulu cokelat tua hingga hitam, serta terdapat totol putih di area dada dan perut.

Elang ular bido mempunyai kebiasaan terbang soaring atau gliding. Selain itu, elang ini juga mempunyai kebiasaan secara gerilya diantara tajuk saat berburu. Satwa ini sering mengeluarkan suara ribu berupa siulan. Mangsa utamanya adalah ulat, kelinci, tikus, kadal, bajing, kelinci dan sebagainya.

Area sebaran elang bido cukup luas dan hampir di seluruh Asia, mulai dari India, Nepal, Srilanka, Cina, Semenanjung Malaya, Sunda Besar, hingga Filipina.

5. Elang Ular Jari Pendek
Elang ular jari pendek atau Circaetus gallicus adala burung besar dengan ukuran 65 cm. Tubuhnya kekar dengan warna bulu pucat. Burung ini sangat jarang terlihat dan disebut sebagai pengunjung musim dingin yang langka oleh McKinnon dalam “Panduan Lapangan: Burung di Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Bali”.

Gambar. Elang Ular Jari Pendek (Sumber: Google)

Burung elang jari pendek adalah elang asli Indonesia yang paling sering terlihat di TN. Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Secara lebih luas, burung ini juga tersebar di Iran, India Mongoloa, China, Sumatera, Jawa dan Bali.

Ciri jenis elang ini adalah tubuh kekar dengan bulu bagian atas berwarna cokelat keabuan dan bagian bawah berwarna putih dengan coretan gelap, serta pada tenggorokan dan dada berwarna cokelat. Pada bagian perut terdapat garis-garis melintang samar serta empat garis sama pada ekornya.

Saat remaja warna bulunya lebih pucat dibanding saat dewasa. Ketika terbang sayapnya akan mengembang lebar dan panjang dengan garis mencolok pada penututp sayap. Mata elang ular jari pendek memiliki iris kuning, paruh hitam keabuan, serta kaki kuning kehijauan.

Satwa ini menghuni pinggiran hutan dan semak sekunder. Kebiasan terbangnya melingkar dan meluncur dengan bentangan sayap lurus dan datar. Selain itu, ia juga mempunyai kebiasaan terbang melayang seperti burung alap-alap.

6. Elang Gunung
Elang gunung atau Nisaetus alboniger adalah burung pemangsa berukuran besar. Sebarannya meliputi semananjung Malaysia dan Indonesia. Ukuran tubuhnya sekitar 50 cm hingga 58 cm dengan rentang sayap 100 cm sampai 115 cm dan berat tubuh sekitar 830 gram.

Gambar. Elang Gunung (Sumber: Google)

Secara morfologi elang ini mempunyai ciri jambul panjang, ekor bergaris, dada terdapat coretan, perut bergaris melintang rapat dan warna nyaris hitam. Saat remaja bagian atas cokelat dan bersisik kuning tua, kepala berwarna pucat, bagian bawah kuning tua bergaris cokelat, dan ekor juga bergaris. Iri mata berwarna kuning, paruh abu-abu dan kaki kuning.

Elang gunung mempunyai kebiasaan mengeluarkan siulan nyaring mirip elang jawa. Habitatnya berada di sekitar hutan primer, hutan tebangan perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian 300 sampai 1.200 mdpl. Mangsa utamanya adalah burung, ayam, kadal dan mamalia kecil.

7. Elang Sulawesi
Elang sulawesi bernama ilmiah Nisaetus lanceolatus. Burung ini adalah pemangsa endemik Sulawesi dan pulau-pulau disekitarnya, seperti Bangka, Lembeh, Muna, Butung, Kepulauan Banggai dan Kepulauan Sula.

Gambar. Elang Sulawesi (Sumber: Google)

Habitatnya berada di area hutan hujan dengan mangsa utama seperti tikus, kadal dan burung kecil lain. Ukuran tubuh elang sulawesi sedang atau sekitar 64 cm. Elang dewasa berwarna cokelat karat dengan garis jelas pada kepala dan dada, sayap berwarna cokelat gelap dengan warna putih bergaris hitap pada bagian bawah. Sedangkan elang muda kepalanya berwarna putih.

Populasi elang ini diperkirakan tersisa 5.000 sampai 10.000 individu dan masuk dalam kategori satwa terancam punah oleh IUCN dan oleh CITES masuk kategori Appendix II. Selain itu, burung raptor ini juga termasuk satwa dilindungi oleh undang-undang.

8. Elang Wallace
Elang wallace hidup di daerah hutan Kalimantan dan Sumatera. Sebarannya juga dapat ditemukan hingga selatan Thailand dan Malaysia. Elang dengan nama latin Nisaetus nanus ini mempunyai ukuran tubuh sedang antara 43 sampai 58 cm dengan berat antara 500 sampai 610 gram.

Gambar. Elang Wallace (Sumber: Google)

Sebaran elang ini hampir di seluruh Sumatera, Kalimantan, Bangka dan Nias. Selain itu juga hidup di daerah Sabah, Serawak, Brunei Darussalam, Semenanjung Malaya, termasuk selatan Myanmar dan Thailand. Elang wallace sulit ditemukan di daerah dataran rendah karena umumnya tinggal di kawasan dengan ketinggian 1.000 mdpl, meliputi hutan pinus, rawa dan perkebunan.

Mangsa utama elang wallace adalah kelelawar, burung dan kadal. Kebiasaan saat berburu ialah terbang berpasangan atau dalam kelompok kecil. Gerakan khas yang sering dilakukan adalah seperti terkejut dan terkesan terburu-buru sebelum terbang ke pohon lain.

9. Elang Flores
Elang flores atau Spizaetus floris merupakan raptor atau burung pemangsa endemik Indonesia. Sebelumnya elang jenis ini disamakan dengan elang brontok namun karena terdapat perbedaan morfologis signifikan maka keduanya dipisahkan.

Gambar. Elang Flores (Sumber: Google)

Elang flores terbasuk burung berukuran besar, antara 60 cm sampai 79 cm. Kepalanya putih dan terkadang terdapat garis-garis cokelat pada bagian mahkota. Tubuh bagian atasnya berwarna cokelat kehitaman, dada dan perut putih berpalang cokelat kemerahan tipis. Ekornya berwarna cokelat dengan enam garis gelap, serta berkaki putih.

Daerah sebarannya meliputi pulau flores, sumbawa, lombok, dan sekitarnya. Habitat elang flores adalah hutan submontana di lereng bukit atau kaki gunung, hutan pegunungan setinggi 1.600 mdpl.

Mangsa utamanya adalah kadal, ular, mamalia kecil, serta ayam peliharaan sehingga sering diburu oleh petani. Populasinya diperkirakan kurang dari 100 pasang berdasarkan estimasi sejauh 40 km².

10. Elang Laut Perut Putih
Elang laut perut putih atau elang laut dada putih bernama latin Halieestus leucogaster adalah burung besar dengan ukuran mencapai 85 cm. Elang ini dijuluki raja lautan karena tersebar di wilayah pesisir hingga hutan dataran rendah, beberapa diantaranya dapat hidup di ketinggian 3.000 mdpl.

Gambar. Elang Laut Perut Putih (Sumber: Google)

Ukuran tubuhnya sangat besar dengan sayap kokoh panjang dan lebar. Kepala elang laut perut pendek dan ekornya sangat pendek dan membentuk baji. Bulunya didominasi warna putih dengan sayap membentuk pola hitam pada bagian atas dan hitam-putih pada bagian bawah. Setelah dewasa warna putih akan menjadi cokelat pucat.

Saat berburu mangsa, elang ini melakukan kebiasaan terbang rendah diatas perairan kemudian menyambar mangsa berupa ikan atau burung lainnya. Sebarannya meliputi India, Asia Tenggara, seperti Filipina dan Indonesia, serta Australia.

Elang laut dada putih termasuk satwa dilinduni oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya, PP 7 dan 8 tahun 1999.

11. Elang Bondol
Elang bondol atau Haliastur indus merupakan burung maskot DKI Jakarta. Ukuran tubuhnya sedang dan kelestarian populasinya sanga memprihatinkan.

Gambar. Elang Bondol (Sumber: Google)

Elang bondol mempunyai kemiripan dengan elang botak Amerika, namun posturnya lebih kecil. Kemampuan terbang hooveringnya sangat hebat, sehingga masuk dalam kelompok kite.

Ciri fisik elang bondol adalah berwarna putih dan cokelat terang. Pada burung dewasa bagian kepala, leher dan dada berwarna putih. Sedangkan bagian sayap, perut, punggung dan ekor berwarna cokelat terang.

Saat remaja tubuhnya didominasi warna cokelat dengan coretan pada bagian dada. Saat memasuk umur 2 tahun, warnanya akan berubah menjadi putih keabuan dan akan mencapai usia dewasa ketika berumur 3 tahun.

Meski sering terlihat sendirian, satwa ini melakukan perburuan dalam kelompok mencapai 35 ekor. Ia mencari mangsa dengan terbang rendah di atas permukaan air untuk mencari mangsa berupa ikan, udang atau kepiting. Bahkan elang bondol juga memangsa burung lain, seperti camar dara dan sebagainya. Selain itu, ayam, serangga dan mamalia kecil juga menjadi pakan elang ini.

12. Elang Ikan Kepala Abu
Elang ikan kepala abu adalah burung elang besar dengan ukuran sekitar 70 cm. Sebaran di Indonesia meliputi kawasan Jawa Barat dan Jawa Timur meski belum ada laporan terbaru. Sebaran secara lebih luas meliputi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, India, Asia Tenggara, Sunda Besar dan Filipina.

Gambar. Elang Ikan Kepala Abu (Sumber: Google)

Bernama latin Ichthyophaga ichthyaetus, mempunyai sayap membulat dan berbeda dengan elang laut perut putih yang kokoh. Warna bulunya abu-abu, cokelat dan putih.

Burung ini merupakan pemangsa ikan yang hidup di sekitar perairan, danau, sungai dan rawa. Elang ikan kepala abu mempunyai kemampuan menukik dan menerkam ikan dengan sangat baik.

13. Elang Perut Karat
Elang perut karat atau Hieraaetus kienerii merupakan burung berukuran agak kecil yang hidup daerah hutan pegunungan. Sebarannya meliputi wilayah tropis semenanjung asia selatan hingga asia tenggara, seperti India selatan, Himalaya, Filipina, Sulawesi dan Sunda Besar.

Gambar. Elang Perut Karat (Gambar: Google)

Bulunya berwarna kemerahan, hitam dan putih dengan jambul pada bagian kepala. Elang dewasa mempunyai mahkota, pipi dan dagu bawah berwarna kehitaman, ekor cokelat dengan garis hitam tebal dan ujung putih. Dagu, tenggorokan dan dada putih bercoret hitam, serta bagian sisi tubuh, perut paha bawah, dan ekor berwarna cokelat kemerahan dengan coretan hitam. Saat terbang pada pangkal bulu primer nampak bercak bulat pucat.

Sedangkan saat remaja tubuh bagian atas berwarna cokelat kehitaman dengan bercak kehitaman pada mata. Alis dan tubuh bagian bawah berwarna keputih-putihan, iris merah, patuh hitam, sera dan kaki kuning.

Umumnya elang perut karat menempati kawasan pinggiran hutan. Kebiasaan saat terbang mencari mangsa adalah berputar-putar di wilayah teritorinya kemudian meluncur rendah ke tajuk pohon atau permukaan tanah.

14. Elang Tikus
Elang tikus atau Elanus caeruleus adalah burung berukuran sedang antara 30 cm sampai 45 cm. Burung ini memiliki cara terbang yang unik mirip alap-alap, namun sayapnya lebih membulat dan mempunyai mata terang. Sebarannya meliputi dataran rendah dan perbukitan hingga ketinggian 2000 mdpl. Elang tikus termasuk kelompok “kite” yang suka terbang hovering.

Gambar. Elang Tikus (Sumber: Google)

Tubuhnya ditutupi oleh bulu primer hitam panjang dan terdapat bercak hitam pada bahu. Saat dewasa warna bulu mahkota, pungu, sayap pelindung dan pangkal ekor berwarna abu-abu, serta bagian muka, leher dan bulu tubuh bawah berwarna putih.

Elang tikus mempunyai kebiasaan bertengger pada pohon mati atau tiang telepon. Saat di udara dilakukan dengan terbang melayang-layang dan sering berburu di lahan terbuka. Mangsa utamanya adalah belalang, ular, tikus dan burung kecil lain.

CITES memasukkannya dalam kelompok Appendix II. Artinya, burung ini dapat diperdagangkan dengan aturan tertentu. Sedangkan pemerintah Indonesia melindungi elang ini melalui PP No. 7 Tahun 1999.

15. Elang Paria
Elang paria atau Milvus migrans adalah burung pemangsa yang jumlahnya masih cukup banyak. Ukurannya sekitar 65 cm dengan bulu berwarna cokelat gelap dengan bentuk ekor menggarpu yang khas. Bagian kepalanya kadang lebih pucat dibanding bulu punggung.

Gambar. Elang Paria (Sumber: Google)

Saat remaja bagian kepala dan tubuh bagian bawah bergaris-garis kuning tua. Pada bagian iris mata berwarna cokelat, paruh abu-abu, sera dan kaki abu-abu biru. Di Indonesia, elang paria dapat dijumpai di Sumatera bagian utara dan Kalimantan bagian utara, serta jarang ditemukan di Sulawesi dan Sunda Kecil.

16. Rajawali Papua
Rajawali papua atau Harpyopsis novaeguineae berasal dari famili Accipitridae. Elang papua adalah satu-satunya elang yang ada di Indonesia dari kelompok harpiiane, dimana jenis lain seperti elang jambul dan harpy hidup di Amerika.

Gambar. Rajawali Papua (Sumber: Google)

Elang papua bertubuh besar sekitar 75 cm sampai 90 cm dengan rentang lebar sayap mencapai 157 cm dan berat 1,6 kg hingga 2,4 kg. Umumnya betina mempunyai tubuh lebih besar dibanding jantan.

Bagian atas rajawali papua berwarna cokelat abu-abu, dada atas berwana cokelat pucat, mempunyai sayap lebar, paruh kuat dan iris besar. Ekornya mirip elang laut perut putih, yaitu berukuran pendek dan bulunya mirip elang ekor panjang namun lebih kecil. Kaki rajawali papua panjang dan kuat.

Habitat elang papua adalah hutan pada ketinggian 3.200 mdpl dan menjadi elang endemik Papua dan Papua Nugini. Elang ini mempunyai kebiasaan mendatangi bangkai, serta memangsa kuskus, anjing, babi, kadal, burung, ular dan tikus.

17. Rajawali Totol
Elang totol atau Aquila clanga adalah jenis rajawali yang hidup di hutan dataran rendah. Sebarannya sangat luas meliputi Eropa hingga Asia, dimana berkembang biak dari Finlandia sampai Tiongkok. Kemudian pada musim dingin bermigrasi menuju Jepang, Korea, Taiwan, India, Pakisatan, Kamboja, Bangladesh, Malaysia, Singapura dan Indonesia khususnya Sumatera.

Gambar. Rajawali Totol (Sumber: Google)

Ukuran tubuh rajawali totol sekitar 62 cm sampai 74 cm. Bulunya berwarna gelap pucat dengan bulu terbang yang ramping. Sayap bagian bawah berwarna lebih gelap dibanding bulu-bulu terbang. Anak elang totol mempunyai garis melintang dengan bintik-bintik putih pada sayap bagian atas.

Nah, itulah ke 17 jenis burung Elang yang ada di Indonesia.

Ayo...kenali, cintai dan lestarikan satwa asli Indonesia agar keberadaan mereka dapat dilihat oleh anak cucu kita nanti.

Salam Konservasi, Salam lestari!!!

Daftar Pustaka: https://rimbakita.com/elang-di-indonesia/#:~:text=Elang%20atau%20dalam%20istilah%20bahasa,atau%20Hawk%20dari%20genus%20Accipiter.

Selasa, 01 Desember 2020

Mengenal Perilaku "Musth" pada Gajah Jantan

Kehidupan gajah jantan sangat berbeda, dimana menjelang dewasa gajah jantan akan menghabiskan lebih banyak waktu di luar kelompoknya dan bergaul dengan gajah jantan dari luar atau bahkan kelompok lain.

Pada kelompok, gajah betina dewasa akan menjadi agresif terhadap gajah jantan yang masuk kedalam kelompoknya dan akan mendorongnya untuk keluar meninggalkan kelompok secara permanen. Setelah sang jantan pergi meninggalkan kelompok, mereka akan hidup sendiri atau bersama gajah jantan lainnya.

Terdapat hierarki di antara para gajah jantan, baik pada gajah jantan yang menyendiri maupun pada yang berkelompok. Dominasi bergantung pada usia, besar tubuh, dan kondisi seksual. Jantan yang lebih tua tampak mampu mengendalikan keagresifan jantan yang lebih mudah dan mencegah mereka membentuk “geng”.

Gajah jantan dan betina akan berkumpul dengan kelompok apabila terdapat gajah betina yang sedang mengalami siklus estrus untuk kawin dan bereproduksi.

"Musth"
Musth adalah suatu keadaan yang muncul secara periodik pada Gajah Jantan dewasa, berumur 15 tahun keatas yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan hormon Reproduksi (testosteron) yang sangat signifikan hingga 60 kali lebih besar dari keadaan Gajah normal.

Gajah jantan pertama kali memasuki periode musth pada umur 15 tahun sampai 25 tahun. Gajah jantan muda tampaknya memasuki periode musth pada musim kemarau (Januari–Mei), sementara gajah jantan yang lebih tua mengalaminya pada musim hujan (Juni–Desember).

Ciri-ciri  gajah yang sedang mengalami Musth, adalah:

- Keluarnya cairan kekuningan, kental dan bau yang khas dari kelenjar temporal (Ossa temporalis) dikedua sisi kulit wajahnya.

- Keluarnya air kencing (urin) dengan penis yang masih berada di dalam kulupnya, sehingga air seni akan mengalir dan menetes ke tungkai belakangnya.

- Berjalan dengan kepala yang terangkat dan berayun, tatapan mata tajam kedepan dan daun telinga yang terbuka.

- Mengorek tanah dengan gading, membuat suara gaduh, dan membentangkan satu telinga saja pada satu waktu.

- Peroliode Musth dapat berlangsung antara sehari hingga empat bulan.

Pada saat Musth, gajah jantan akan menjadi sangat agresif. Dalam perjumpaan sesama gajah jantan, gajah yang mengalami musth biasanya akan  lebih mengancam, mengejar, dan melakukan perkelahian ringan menggunakan gadingnya dan gajah jantan yang sedang mengalami musth lah biasanya yang menang.

Namun jika kedua menunjukkan tanda-tanda sedang musth, maka gajah yang postur tubuh yang lebih besarlah yang menang dan jika postur tubuh keduanya sama besar, maka mereka cenderung menghindari satu sama lain.

Nah, begitulah perilaku gajah jantan pada masa "Musth"
Jika menemui gajah jantan dengan perilaku dan ciri-ciri seperti itu, lebih baik jangan mendekat ya 🤗
Demi keamanan dan keselamatan semua 🙏

Salam Konservasi, Salam Lestari 💪👍

***Photo Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)
Taman Satwa Lembah Hijau Lampung
Jl. Raden Imba Kesuma Ratu No.21 Sukadanaham
Tanjungkarang Barat - Bandar Lampung
Telp: 0721-8050000
Cp  : 0813-79788807

PUSTAKA:

Mengenal OWA SIAMANG si hitam yang "Setia" di Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Pengembangbiakan (Breeding) Owa Siamang di Lembah Hijau Indonesia merupakan rumah bagi primata, karena dari 250 spesies primata yang ada di ...