Minggu, 05 April 2020

Orangutan Kalimantan, Primata Endemik Indonesia yang terancam

ORANGUTAN KALIMANTAN

Pongo pygmaeus

Orangutan Kalimantan dikelompokkan menjadi 3 sub-spesies (Groves, 2001; Warren et al., 2001):

1. Pongo pygmaeus pygmaeus, mulai dari barat laut Kalimantan (termasuk Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum) di utara Sungai Kapuas, di seberang negara bagian Sarawak (Malaysia),

2. Pongo pygmaeus wurmbii, mulai dari selatan sungai Kapuas di Kalimantan Barat sampai timur sungai Barito di Kalimantan Tengah,

3. Pongo pygmaeus morio yang berkisar di seluruh Sabah dan Timur. Kalimantan selatan ke sungai Mahakam.

 Gambar 1. Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

HABITAT DAN PERILAKU

Orangutan Kalimantan menghuni hutan dataran rendah tropis dan hutan rawa sampai 500 m di atas permukaan laut, kadang-kadang mulai lebih tinggi atau di habitat yang terdegradasi.

Orangutan adalah hewan Arboreal terbesar, yaitu makhluk yang menghabiskan sebagian besar waktunya di pepohonan dan menghabiskan seluruh kehidupan mereka di pepohonan. Namun orangutan, terutama jantan, menghabiskan waktu mencari makan atau bepergian di lapangan. 

Orangutan membuat sarang yang tinggi di atas pohon setiap malam, dengan melekukkan atau mematahkan dahan pohon, kemudian menambahkan ranting-ranting. Terkadang mereka juga menambahkan bantal dari ranting dan atau atap dari ranting, sebagai payung jika hujan untuk melindungi dirinya dari air hujan. Umumnya orangutan liar betina dan mempunyai anak, sarangnya lebih besar dan pada kanopi yang tinggi. Sedangkan orangutan jantan dewasa yang mempunyai badan besar, sarangnya jarang pada puncak kanopi.

MAKANAN

Orangutan sebagian besar adalah frugivore (Pemakan Buah Hutan), dengan lebih dari 100 jenis buah biasanya tercatat dalam makanan mereka dari satu area jelajah.

Jenis makanan orangutan meliputi: bunga, daun, lapisan kambium kulit kayu; bagian dalam dari rotan, pandan, jahe-jahean dan palem; rayap, semut dan invertebrata lainnya; madu, jamur dan pada kesempatan yang sangat langka telah diamati orangutan memakan mamalia kecil.

Gambar 2. Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Orangutan perlu mengandalkan makanan selama periode kekurangan buah dan sekaligus mengembangkan cadangan lemak untuk membantu mereka melewati periode kekurangan pangan yang ekstrem, atau ‘periode krisis-buah’. Orangutan adalah penyebar benih buah yang penting, baik melalui ‘feses’ atau dengan membawa dan membuang benih saat mereka melewati pepohonan, sehingga memainkan peran kunci dalam ekologi dan regenerasi hutan.

PERILAKU SOSIAL

Orangutan pada dasarnya soliter, dan satu-satunya ikatan permanen yang dimiliki adalah ikatan antara ibu dan bayinya. Para induk orangutan betina ini biasanya hidup berkelompok, terkadang bertemu dua kali atau lebih selama periode ketersediaan pakan yang tinggi sehingga memungkinkan mereka mempertahankan ikatan tersebut; saat berkelompok, para bayi orangutan bermain dan belajar bersama serta berbagi pelajaran tentang perilaku yang baru mereka dapatkan.

Orangutan jantan akan meninggalkan induknya untuk mencegah perkawinan sedarah dan menjadi dewasa secara seksual di usia sekitar 15 tahun.

Orangutan tumbuh semakin besar antara usia 18 dan 20 tahun serta mengembangkan karakteristik seksual sekunder mereka yang berupa bantalan pipi dan kantung suara, yang digunakan untuk membuat long call ketika mereka ingin menarik perhatian para betina dan memberi peringatan kepada orangutan jantan lainnya. Orangutan jantan berkompetisi untuk menjadi dominan, meskipun sebagian besar populasi bayi orangutan berasal dari jantan yang tidak dominan berusia 15-20 tahun yang belum mencapai ukuran tubuh maksimal dan mampu memaksa betina untuk berkopulasi

REPRODUKSI

Orangutan betina melahirkan satu bayi sekali setelah mengandung selama 8,5 bulan, dan tidak akan memiliki bayi lagi hingga bayi pertamanya mencapai usia 7 tahun. Ini adalah jarak antar kelahiran terpanjang dalam dunia hewan dan memungkinkan induknya untuk memberikan perhatian penuh pada sang bayi dengan mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dan mandiri, termasuk membuat sarang, mengenali jenis pakan alami, dan menghindari predator. Bayi orangutan ini juga tetap tinggal dengan induknya untuk mendapatkan perlindungan dan mempelajari kehidupan di hutan, terutama untuk mengetahui di mana semua sumber pakan penting ada, sampai saatnya ia meninggalkan induknya.

Orangutan adalah makhluk yang sangat cerdas. Mereka dapat memanfaatkan hal-hal di lingkungan sekitarnya untuk peralatan dan obat-obatan. Populasi orangutan yang berbeda bisa menunjukkan perilaku unik dalam mengatasi masalah yang sama dengan cara yang berbeda. 

Orangutan belajar dari orangutan lain dan biasanya mereka akan membagi keterampilannya sendiri saat mereka bertemu, terutama saat ketersediaan pakan tinggi.

Di pusat Lembaga Konservasi Taman Satwa Lembah Hijau Lampung, didalam kandang peraga terdapat batang pohon buah Durian. Yang mana jika musim berbuah, Orangutan akan memanjat sampai ke ujung untuk mendapatkan buah Durian. Terkadang, belum sampai masa panen buah Durian sudah habis dimakan terlebih dahulu.

Gambar 3. Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) Taman Satwa Lembah Hijau

KONSERVASI

Populasi Orangutan mengalami penurunan pada tingkat yang cepat karena;

(1) konversi hutan, terutama untuk perkebunan kelapa sawit dan bentuk pertanian lainnya;

(2) bentuk kehilangan hutan lainnya, terutama kebakaran hutan di lahan gambut yang dikeringkan;

(3) degradasi hutan oleh pembalakan liar dan

(4) perburuan orangutan untuk makanan dan penangkapan untuk perdagangan hewan peliharaan. 

Sekitar sepertiga orangutan ditemukan di hutan konservasi dan sisanya berada di bawah ancaman berat.

Mereka diklasifikasikan sebagai Satwa Terancam Punah oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam dan Sumber Daya Alam (IUCN) dan satwa dilindungi Undang-undangIndonesia.

Ayo kita "Kenali, Cintai dan Leatarikan" Satwa Liar Endemik Indonesia, Demi Kita...Anak Kita dan Mereka (Orangutan)🙏

Salam Konservasi, SalamLestari 💪

Sabtu, 04 April 2020

Burung Unik, Burung Takur Api (Psilopogon pyrolophus)

Burung cantik ini akan bersarang dan bertelur dengan cara melubangi batang pohon yang sudah mati, sama halnya seperti jenis burung pelatuk.

Burung Takur Api (Psilopogon pyrolophus)
Lokasi: Taman Satwa Lembah Hijau

Pada lubang itulah jantan dan betina akan berkembang biak dan mengasuh anak-anaknya hingga besar.

Selain itu, burung ini memiliki susunan jari yang beda dari jenis burung biasanya, yaitu dua jari ke depan dan dua ke belakang.
Jari tersebut berguna untuk bergantung pada batang pohon vertikal.

Melihat dari jenis paruhnya, ada yang tau jenis makanannya?
Ya...burung yang dilindungi ini memakan buah, bunga dan biji.

Burung Takur Api (Psilopogon pyrolophus)
Lokasi: Taman Satwa Lembah Hijau

Ciri khas burung ini adalah adanya bulu–bulu kecil yang terdpat di atas paruhnya, yang jarang dijumpai pada jenis burung kicauan lainnya.
Serta pada bagian leher terdapat warna kuning, seolah memakai kalung.

Burung Takur Api // Fire Tufted Barbet
(Psilopogon pyrolophus)
Kandang Dome - Bird Park Taman Satwa Lembah Hijau Lampung
Jl. Raden Imba Kesuma Ratu No.21
Sukadanaham, Tanjungkarang Barat
Kota Bandar Lampung
@tamansatwalembahhijaulampung
@tamanwisatalembahhijaulampung

Nah, sekarang kamu sudah tahukan nama burung yang cantik ini.
Yuk kita jaga kelestariannya, agar mereka tetap lestari di alam Indonesia.

#SalamKonservasi
#SalamLeatari

Mengenal OWA SIAMANG si hitam yang "Setia" di Taman Satwa Lembah Hijau Lampung

Pengembangbiakan (Breeding) Owa Siamang di Lembah Hijau Indonesia merupakan rumah bagi primata, karena dari 250 spesies primata yang ada di ...